'/> Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning )

Info Populer 2022

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning )

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning )
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning )
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning

Pengertian Pembelajaran Kooperatif sanggup dipahami dari arti kata kooperatif yang mempunyai arti “bersifat kerja sama” atau “bersedia membantu” (Depdiknas, 2008). Kaprikornus pengertian Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa berguru dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan keang -gotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda) (Arends, 2012). Dalam merampungkan kiprah kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu materi pembelajaran. Oleh alasannya ialah itu, Pembelajaran Kooperatif perlu dikembangkan alasannya ialah pada dikala penerapan Pembelajaran Koo -peratif siswa memperlancar banyak sekali keterampilan kooperatif (keterampilan sosial) sesuai dengan tuntutan kompetensi pada Kurikulum 2013 yaitu kompetensi perilaku sosial, selain kompetensi perilaku spiritual, pengetahuan, dan keterampilan.


Pembelajaran Kooperatif sanggup disebut juga sebagai metode atau model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning yakni seni administrasi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan aksejukik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus semoga sanggup bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, menyerupai menjelaskan kepada sahabat sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pintar membantu yang ludang keringh lemah, dan sebagainya.

Strategi pembelajaran dengan kooperatif learning digunakan alasannya ialah untuk memmemberikankan pemahaman kepada siswa wacana arti pentingnya kerjasama kelompok namun tetap memperhatikan terhadap perjuangan individual. Hal ini sesuai dengan sifat dan kodrat insan sebagai mahkluk sosial. Selain itu bila dikaitkan dengan profesi dalam bidang teknologi informasi yang sering bekerja secara kelompok atau tim. Oleh karena  itu perlu kiranya dalam pembelajaran dimemberikankan pemahaman wacana arti pentingnya kerjasama dan sama kerja dalam kelompok.


============================================




============================================

Agar Pembelajaran Kooperatif terealisasi dengan baik, siswa harus dimemberikan lem -bar acara (LK), yang sanggup memberikansi pertanyaan atau kiprah yang direnca -nakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok berlangsung, kiprah ang -gota kelompok ialah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu sahabat sekelompok mencapai ketuntasan materi.


Pembelajaran Kooperatif mempunyai lima variasi model yang sanggup diterapkan, yaitu, yaitu  Student Teams Achievement Divisions (STAD), Jigsaw ,  Group Investigation ,  Think Pair Share,  Numbered Heads Together (Arends, 2012). Penjelasan ludang keringh lanjut variasi-variasi model tersebut diuraikan pada pecahan selanjutnya dalam panduan ini.

Ada 5 prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung tasumsi perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2002). Menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Struktur Tugas, siswa melaksanakan acara secara bersama-sama (kerjasama dan sama kerja). Struktur Tujuan, tiap-tiap individu ikut andil menyumbang dalam pencapai tujuan. Struktur Hadiah, keberhasilan individu ialah atas perjuangan secara bersama-sama.


B. Landasan Teoritis dan Empirik Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning

John Dewey 1916, Democracy and Education.
  1. Kelas merupakan cermin masyarakat daerah untuk berguru kehidupan nyata.
  2. Guru membuat lingkungan berguru dengan mekanisme demokrasi dan ilmiah.
  3. Memotivasi siswa untuk berguru secara kooperatif.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING )
Herbert Thelen 1954, 1969.
  1. Mengembangkan pembelajaran semoga siswa berguru secara kelompok.
  2. Kelas mmerupakan laboratorium untuk mengkaji duduk kasus sosial dan antar pribadi.

Gordon Allport
  1. Kontak eksklusif antar etnik.
  2. Berperan dalam kelompok dalam seting tertentu.
  3. Setting itu mendapat persetujuan antar etnik.

  1. Melaporkan 45 penelitian wacana pembelajaran kooperatif dan pengaruhnya terhadap hasil belajar.
  2. Studi ini mencakup tiruana kelas dan bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika, membaca dan menulis.
  3. Lokasi penelitian di Israel, Nigeria, Jerman, dan USA.
  4. Hasilnya 37 di antaranya memperlihatkan hasil yang signifikan, 8 tidak ada perbedaan, dan tidak satupun memperlihatkan efek yang negatif.
Lundgren 1994
  1. Memmemberikankan akhir kepada siswa yang berkemampuan kurang.
  2. Memmemberikankan motivasi kepada siswa yang lain.
Mohamad Nur 1997
  1. Meningkatkan pencurahan waktu dan tugas.
  2. Memperbaiki kedatang an.
  3. Pemerimaan perbedaan individu menjadi ludang keringh besar.
  4. Perilaku penganggu menjadi ludang keringh kecil.
  5. Konflik antar pribadi menjadi berkurang.
  6. Sikap apatis berkurang.
Harmanto 2004 (di Perguruan Tinggi/mahasiswa jadwal studi PKn)
  1. Menyenangkan
  2. Tingkat kelulusan tinggi (98%)

C.  Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Ada lima prinsip Pembelajaran Kooperatif, yang diuraikan sebagai memberikankut.
·          Saling ketergantungan positif, yaitu siswa saling berkaitan dengan siswa lain dalam kelompoknya untuk mencapai suatu tujuan. Pencapaian tujuan dicapai melalui upaya bersama berdasarkan prinsip “saya memerlukan kau dan kau memerlukan saya untuk sanggup mencapai tujuan”. Siswa menyebarkan kiprah dan tugas, satu sama lain saling bergantung, dan keberhasilan seseorang akan memilih keberhasilan siswa lainnya.
·          Akuntabilitas     individual,    yaitu  siswa          berguru        bersama,  tetapi     setiap individu dituntut untuk mempertanggungtasumsikan hasil belajarnya. Ini berarti satu upaya dari seorang siswa akan mempengaruhi upaya siswa lain. Setiap tujuan pembelajaran harus terang dan sanggup dipahami siswa serta ada keyakinan bahwa siswa akan bisa melakukannya. Kadab siswa berhasil mencapai tujuan secara berkelompok, siswa juga berhasil secara individual.
·          Interaksi promotif  di  antara sesama siswa, yaitu acara kognitif dan interpersonal siswa secara dinamis terjadi alasannya ialah setiap siswa mendorong siswa lainnya untuk belajar. Contoh acara tersebut ialah klarifikasi bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikannya, dan menghubungkan pengetahuan yang gres dengan pengetahuan yang gres didapat. Ini terjadi bilamana interaksi promotif sesama siswa terbangun dan dijadikan komitmen untuk meraih pencapaian tujuan bersama.
·           Keterampilan   kolaboratif    ialah keterampilan siswa dalam mendengar siswa lain, memecahkan konflik, mendukung dan memotivasi siswa lain, mengambil inisiatif, memperlihatkan ekspresi bahagia mabengala siswa lain berhasil, dan bisa mengkritisi pandangan gres gagasan siswa lain (bukan mengkritisi orangnya). Keterampilan menyerupai ini perlu ditunjukkan oleh siswa secara kolaboratif. Guru perlu membuat pernyataan lisan secara jelas, menjadi model, dan mengecek pemahaman siswa melalui banyak sekali pertanyaan.
·           Dinamika kelompok merupakan   tingkah laris sebagai bentuk interaksi antar anggota kelompok, pemimpin kelompok,  dan antar kelompok satu dengan yang lain.  Kekuatan yang muncul dari dinamika kelompok ialah membentuk kerjasama yang saling menguntungkan dalam mengatasi permasalahan hidup, membuat iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu memmemberikankan masukan, memberikannteraksi, dan mempunyai kiprah yang sama dalam masyarakat.

D. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning

Menurut Lie (2002) ada Lima unsur Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
  1. Saling ketergantungan positif.
  2. Tanggung tasumsi perseorangan
  3. Tatap muka
  4. Komunikasi antar anggota
  5. Evaluasi proses kelompok (Lie, 2002).
Sedangkan berdasarkan Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa semoga Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning ludang keringh akibattif ialah sebagai memberikankut :
a) Para siswa harus mempunyai persepsi bahwa mereka “tenggelam atau  berenang bersama”
b) Para siswa mempunyai tanggung tasumsi terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung tasumsi terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka tiruananya mempunyai tujuan yang sama.
d) Para siswa harus membagi kiprah dan menyebarkan tanggung tasumsi sama besarnya diantara anggota kelompok.
e) Para siswa akan dimemberikankan suatu evaluasi atau penghargaan yang akanikut kuat terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f)  Para siswa menyebarkan kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.   
g. Para siswa akan diminta mempertanggungtasumsikan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sementara itu, berdasarkan Nur (2001:3) pembelajaran yang memakai model cooperative learning pada umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai memberikankut :
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk merampungkan materi belajarnya.
b) Kelompok dibentukdari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,dan jenis kelamin yang berbeda-beda.    
d) Penghargaan ludang keringh berorientasi kepada kelompok daripada individu.


E. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif sangat berbeda dengan jenis pembelajaran yang lain. Pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu (1) hasil berguru aksejukik, (2) toleransi dan penerimaan terhadap keragaman, dan (3) pengembangan keteram pilan sosial.

a. Hasil Belajar Aksejukik
Beberapa pakar (Slavin, 2009) beropini bahwa Pembelajaran Kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep yang tidak ringan dan sepele. Para pendukung Pembelajaran Kooperatif percaya bahwa struktur penghargaan kooperatif sanggup meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas aksejukik. Pembelajaran Kooperatif juga sanggup mengubah norma yang berafiliasi dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda bahu-membahu tidak menyukai siswasiswa yang ingin menonjol secara aksejukik. Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan Pembelajaran Koo peratif sehingga membuat prestasi tinggi dalam tugastugas aksejukik ludang keringh sanggup diterima.

Selain mengubah norma yang berafiliasi dengan prestasi aksejukik, Pembelajaran Kooperatif sanggup memmemberikan laba bagi siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menye lesaikan tugas-tugas aksejukik. Siswa kelompok atas akan menjadi tu tor bagi siswa kelompok bawah. Jadi, mereka yang di kelompok bawah memperoleh pertolongan khusus dari sahabat sebaya, yang mempunyai orien tasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan aksejukiknya alasannya ialah memmemberikan pela yanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran ludang keringh mendalam wacana korelasi ideide yang terdapat di dalam materi tertentu.

b. Toleransi dan Penerimaan terhadap Keragaman
Tujuan penting kedua dari Pembelajaran Kooperatif ialah toleran si dan penerimaan yang ludang keringh luas terhadap keragaman siswa, menyerupai perbedaan ras, budaya, status sosial, atau kemampuannya. Pembelajaran Kooperatif memmemberikankan kesempatan kepada siswa dengan latar be lakang dan kondisi yang bermacam-macam untuk bekerja secara interdependen (saling bergantung) pada kiprah yang sama, melalui penggunaan struk tur penghargaan kooperatif, berguru untuk saling menghargai.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting lain dari Pembelajaran Kooperatif ialah untuk melatihkan keterampilan sosial atau keterampilan kooperatif, terutama keterampilan kerjasama. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki dikala hidup bermasyarakat di mana sebagian besar profesi dilakukan da lam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan masyarakat yang budayanya semakin beragam. Sementara itu, banyak cowok dan orang cukup umur kurang mempunyai keterampilan sosial yang akibattif. Kondisi ini dibuktikan dengan sering terjadinya pertikaian kecil antara indivi du yang sanggup menjadikan tindak kekerasan atau betapa seringnya orang menyatakan ketidakpuasan pada dikala diminta untuk bekerja da lam situasisituasi kooperatif.

Keterampilan kooperatif (keterampilan sosial) berfungsi untuk me lancarkan korelasi kerja dan tugas. Peranan korelasi kerja sanggup dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelom pok. Sedangkan peranan kiprah dilakukan dengan membagi kiprah antar anggota kelompok selama kegiatan. Sebagai suatu keterampilan belajar, keterampilan kooperatif ternyata mempunyai tingkattingkat, yaitu tingkat awal, tingkat menengah, dan tingkat sangat jago (Lundgren, 1994). Dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki siswa semoga sanggup melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik.

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal
·          Menggunakan kesepakatan
·          Menghargai kontribusi
·          Menggunakan bunyi pelan
·          Mengambil giliran dan menyebarkan tugas
·          Berada dalam kelompok
·          Berada dalam tugas
·          Mendorong partisipasi
·          Mengundang orang lain untuk berbicara
·          Menyelesaikan kiprah sempurna pada waktunya
·          Menyebut nama dan memandang pembicara
·          Menghormati perbedaan individu

2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah
·          Menunjukkan penghargaan dan simpati
·          Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang sanggup diterima
·          Mendengarkan dengan aktif
·          Bertanya
·          Mengatur dan mengorganisir
·          Menerima tanggung tasumsi
·          Tetap tenang/mengurangi ketegangan

3) Keterampilan kooperatif tingkat sangat hebat
·          Memeriksa dengan cermat
·          Menanyakan kebenaran
·          Menetapkan tujuan
·          Berkompromi

Berdasarkan hasil penelitian (Slavin, 1995) Pembelajaran Kooperatif mempunyai manfaat antara lain: (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; (2) meningkatkan rasa harga diri; (3) memperbaiki perilaku terhadap mata pelajaran, guru, dan sekolah; (4) memperbaiki kedatang an; (5) saling emahami adanya perbedaan individu; (6) mengurangi konflik antar pribadi; (7) mengurangi perilaku apatis; (8) memperdalam pemahaman; (9) meningkatkan motivasi; (10) meningkatkan hasil bel ajar; dan (11) memperbesar retensi. Selain itu, Woolfolk (2010) menya takan bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan me mandang dunia dari cara pandang orang lain, korelasi ludang keringh baik an tara kelompok etnis yang berbeda di sekolah atau di kelas, rasa percaya diri, penerimaan yang ludang keringh besar terhadap siswa cacat dan berkemam puan rendah. Interaksi dengan sahabat sebaya yang amat disukai siswa menjadi pecahan dari proses belajar. Kebutuhan untuk diterima dalam kelompoknya cenderung ludang keringh dipenuhi.



D. Keludang keringhan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Adapun kelelihan model pembelajaran kooperatif adalah
a) memmemberikankan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri dan cara memecahkan masalah,
b)memmemberikankan kesempatan kepada siswa untuk membuat kreatifitas dalam melaksanakan komunikasi dengan sahabat sekelompoknya,
c) membiasakan siswa untuk bersikap terbuka namun tegas,
d) meningkatkan motivasi berguru siswa,
e) membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajar. Kare4na langkah-langkah pembelajaran kooperatif memperringan dan sepele diterapkan di sekolah,
f)  mendorong motivasi guru untuk membuat media pengajaran, alasannya ialah media begitu penting dalam pembelajaran kooperatif.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Sedangan kelemahan model pembelajaran kooperatif ialah  diperlukan waktu yang cukup usang untuk melaksanakan diskusi, menyerupai berguru kelompok biasa, siswa yang pintar menguasai jalannya   diskusi, sehingga siswa yang udik kurang kesempatan untuk   mengeluarkan pendapatnya, yang tidak terbiasa dengan belajar. Selian itu dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, kelompok yang merasa aneh dan tidak ringan dan sepele untuk bekerja sama.
Selain itu kelemahan lain penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning  yang sering muncu, yaitu:
a) Jika tidak ada bimbingan dari sahabat dan guru maka ada kalanya siswa yang selalu "pasrah".
b) Jika tidak ada mekanisme yang baik dalam proses akan ada perilaku ketergantungan siswa.


MENCARI PASANGAN MERUPAKAN CONTOH PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF 

E. Teknik-Teknik dalam Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning

Berikut ini teknik pembelajaran yang sanggup mewakili Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning

1. Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memmemberikan kiprah untuk dikerjakan, anggota kelompok yang     mengetahui tasumsiannya memmemberikankan klarifikasi kepada anggota    kelompok.
4) Guru memmemberikankan pertanyaan/kuis dan siswa mentasumsi pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5) Pembahasan kuis
6) Kesimpulan

JIGSAW MERUPAKAN CONTOH PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING )


2. Jigsaw (model tim pakar)
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang
2) Tiap orang dalam tim dimemberikan materi dan kiprah yang berbeda
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama     membentuk kelompok gres (kelompok pakar)
4) Setelah kelomppok pakar berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok  tentang subbab yang mereka kuasai
5) Tiap tim pakar mempresentasikan hasil diskusi
6) Pembahasan
7) Penutup

3. Group investivigation go a round
Langkah-langkah:
1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa
2) Memmemberikankan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam mentasumsi pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

4.Think pair and share
Langkah-langkah:
1) Guru memberikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan sahabat sebelahnya wacana materi/permasalahan yang disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada    materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan

5. Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang memberikansi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu tasumsian)
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan tasumsian atau soal  dari kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan      kartunya (kartu soal/kartu tasumsian)
4) Siswa yang sanggup mencocokkan kartunya sebelum batas waktu  dimemberikan poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi semoga tiap siswa mendapat  kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6) Kesimpulan.

6. Mencari Pasangan
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang memberikansi beberapa topik atau reviev materi (tepat kadab menjelang tes).
2) Setiap siswa mendapat kartu.
3) Setiap siswa mencari kartu yang cocok dengan pasangannya. Misalnya "LIMA" maka pasangannya "PERU". "JAKARTA" -- "INDONESIA" dst.

a) Setiap siswa mendapat satu pasang.
b) Guru memmemberikankan kiprah dan siswa mengerja-kan  kiprah dengan pasangannya.
c) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain.
d) Kedua pasangan tersebut bertukar. Masing-masing pasangan yang gres akan bertukar informasi.
f) Temuan gres yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan tiruanla.

KEPALA BERNOMOR MERUPAKAN CONTOH PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING )




8. Kepala Bernomor
a) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b) Guru memmemberikankan kiprah masing-masing kelompok mengerjakannya.
c) Kelompok tetapkan tasumsian yang dianggap benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui tasumsian ini.
d) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kolaborasi mereka.

a) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat
b) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya untuk bergabung ke kelompok yang lain.
c)  Dua orang yang tinggal mempunyai kiprah untuk memmemberikan informasi kepada tamu.
d) Tamu akan kembali ke daerah tiruanla untuk melaporkan hasil kunjungannya.
e) Kelompok akan membahasnya.

10. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips
Talking ialah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara, sedangkan chips yang berarti kartu. Kaprikornus arti talking chips ialah kartu untuk berbicara. Sedangkan talking chips dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah beropini dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja. Model pembelajaran talking chips atau kancing gemerincing merupakan salah satu model pembelajaran yang memakai metode pembelajaran kooperatif.

Pembelajar kooperatif tipe talking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memmemberikankan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini ialah untuk mengatasi halangan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Sebagaimana dinyatakan Masitoh dan Laksmi Dewi dalam bukunya Strategi Pembelajar (2009:244) model pembelajaran talking chips merupakan model pemelajaran kancing gemerincing yang dikembangkan oleh Spender Kagan (1992).

Dalam pengaplikasian talking chips setiap anggota kelompok dimemberikan sejumlah kartu atau “chips” (biasanya dua hingga tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota kelompok memberikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan menambah pendapatnya hingga tiruana kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia dihentikan berbicara lagi hingga tiruana anggota kelomoknya juga menghabiskan tiruana kartu mereka. Jika tiruana kartu telah habis, sedangkan kiprah belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi sanggup diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47).

Langkah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Talking Chips:
1) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-6 orang perkelompok.
2) kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu duduk kasus atau materi pelajaran.
3) Setiap kelompok dimemberikan 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara.
4) Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya.
5) Proses dilanjutkan hingga seluruh siswa sanggup memakai kartunya untuk berbicara.

Dalam cara lain, penggunaan kartu sanggup diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang sanggup menarik perhatian siswa, contohnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips sanggup disebut juga dengan “kancing gemerincing” (Lie, 2002 : 63).   

Adapun langkah-langkah pembelajaran ialah sbb
1) Guru menyiapkan kotak kecil yang memberikansikan kancing-kancing.
2) Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat pandangan gres harus menyerahkan salah satu kancingnya; 
4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, beliau dihentikan berbicara lagi hingga tiruana rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5) Jika tiruana kancing sudah habis, sedangkan kiprah belum selesai, kelompok boleh mengambil akad untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali (Masitoh dan Laksmi Dewi. 2009:244)

Terima kasih Anda telah membaca artikel Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning semoga memberi manfaat




= Baca Juga =



Advertisement

Iklan Sidebar